اهل السنة والجماعة

Seputar Islam - Dakwah - Sunnah - Jihad - Global News - Amar ma'ruf - Nahi Munkar - Fiqih - Aqidah

Selasa, 14 Maret 2017

Siapa Pemenang Sementara, Al-Qaidah ataukah Amerika?


Pertanyaan di atas cukup mengelitik mengingat masing-masing keduanya mengklaim memenangkan pertarungan. Pemerintahan Obama dahulu sempat mengatakan bahwa Al-Qaidah telah berada di ambang kekalahan. Sementara Al-Qaidah juga beberapa kali menegaskan bahwa justru Amerika lah yang banyak menderita kekalahan. Lantas berdasarkan fakta, siapakah pemenang dalam pertarungan panjang tersebut? Menurut Hussam Umawi, untuk menentukan hal itu, perlu diketahui dahulu tujuan pertempuran masing-masing dari Al-Qaidah dan Amerika.
Menurutnya, tujuan utama Amerika dalam perangnya terhadap Al-Qaidah adalah  menghalangi terwujudnya ambisi dan proyek Al-Qaidah, serta menghancurkannya. Sementara bagi Al-Qaidah, tujuan utama pertempuran mereka dengan Amerika, di antaranya yaitu:
(1) meruntuhkan ekonomi Amerika dan menyerang badan keamanannya,
(2) menarik Amerika agar melakukan intervensi di luar negaranya supaya Amerika terkuras energinya dan terbukalah kedoknya,
(3) terisolasinya Amerika dari lingkungannya dan menyibukkannya dengan persoalan internal mereka,
(4) menghidupkan kembali jihad dalam jiwa umat Islam dan menyebarkan ide jihadi, dan
(5) mendirikan berbagai pemerintahan dan negara Islam di berbagai wilayah setelah keruntuhan hegemoni dan pengaruh Amerika.
Dalam penilaian Hussam, yang lebih banyak merealisasikan tujuannya adalah Al-Qaidah. Amerika sejak peristiwa 9/11 sudah mulai mengalami krisis ekonomi. Tidak lama kemudian Amerika melakukan intervensi ke Afghanistan dan Irak yang menghabiskan dana yang begitu banyak. Meski Amerika berhasil membunuh para petinggi Al-Qaidah—termasuk Usamah bin Ladin—namun ide-ide jihad justru semakin populer dalam diri umat Islam. Afghanistan, Irak, Suriah, Yaman, dan Libya adalah di antara contoh riilnya. Jika pada era Bush Junior yang memiliki ide jihadi hanya sekitar ratusan, namun kini telah mencapai ribuan bahkan mengkristal di beberapa wilayah; tidak hanya di Afghanistan saja.
Amerika mengandalkan kekuatannya pada tatanan dunia (PBB) yang didirikan untuk melindungi hegemoninya di luar batas negaranya. Namun saat ini, tatanan dunia tersebut sudah di ambang sekarat dan runtuh. Bahkan banyak pengamat menilai bahwa kini adalah era berakhirnya tatanan dunia yang sekarang ini, dan mereka mulai mencari ide untuk bentuk tatanan dunia berikutnya. Uni Eropa juga sudah mengalami perpecahan, selain juga munculnya fenomena para pemimpin sayap kanan ekstrimis di Barat. Hal itu akan meningkatkan nasionalisme Eropa dan kecenderungan Perang Salib. Selain juga menaikkan tensi permusuhan terhadap imigran dan minoritas di Barat; terkhusus imigran dan minoritas Muslim.
Bagi Amerika sendiri, akan terus dilanda krisis ekonomi. Perpecahan internal Amerika juga mulai tampak, terkhusus ketika Trump terpilih sebagai presiden terpilih baru. Kasus SARA akan semakin meningkat di Amerika. Trump juga akan memperdalam perpecahan internal Amerika. Perpecahan yang pernah di alami Amerika sebelumnya kecuali setelah kemenangan Trump sebagai presiden.
Amerika Terisolasi dari Lingkungan
Hussam mengamati bahwa bersamaan dengan naiknya Trump sebagai presiden, maka Amerika mulai menempuh untuk tidak terlalu ikut campur dan tidak merasa bertanggungjawab atas persoalan yang terjadi di luar negaranya. Ini menjadikan Amerika lebih terisolasi dibanding waktu-waktu sebelumnya, dan runtuhnya pemahaman bahwa Amerika adalah kekuatan terbesar di dunia. Dengan ini Amerika akan kehilangan posisinya dalam ekonomi terbuka dunia, koalisi militernya di Asia dan Eropa, markas dan lembaga Liberalnya yang diklaim konsen melindungai HAM dan organisasi dunia, seperti: Organisasi Perdagangan Dunia. Dengan kehilangan posisi ini semua, Amerika dengan sendirinya akan tersisih dari dunia.
Amerika Meninggalkan Rezim-Rezim Arab
Akibat Amerika sibuk dengan urusan dalam negerinya dan memperburuk hubungannya dengan negara-negara tetangganya dan Eropa, bahkan akan sampai pada tahap berakhirnya koalisi NATO yang dijadikan sandaran oleh negara-negara Eropa untuk melindungi keamanannya. Dalam koalisi itu, Amerika mulai sudah tidak dipertimbangkan, terkhusus setelah semakin menguatnya ambisi-ambisi Rusia.
Dari sana, bukanlah suatu yang aneh bilamana Amerika meninggalkan perjanjian-perjanjiannya untuk melindungi para rezim penguasa negara-negara teluk, dan membiarkan negara-negara tersebut berhadapan langsung dengan ambisi-ambisi Iran di teluk; terkhusus di Saudi Arabia. Sementara jika sampai terjadi chaos di Saudi Arabia, maka hal itu akan menjadikannya gudang SDM jihadi yang besar.
Prediksi Masa Depan Al-Qaidah dan Jihad
Ke depan, Hussam memprediksikan Al-Qaidah akan melalui masa-masa keemasan dalam perjalanannya. Ini dapat terlihat dari tersebar masifnya ide-ide jihad, tampilnya kembali Al-Qaidah sebagai pioneer jihad setelah meredupnya Islamic State (IS). Al-Qaidah juga tidak mungkin melupakan arah serangan-serangannya pada Amerika dan melakukan operasi-operasinya di negara Amerika. Sebagaimana diketahui bahwa Al-Qaidah merupakan pergerakan yang terkenal lantaran kesabaran strategisnya dan nafasnya yang panjang. Al-Qaidah bahkan pernah merencakan satu serangan yang memakan waktu bertahun-tahun.
Hussam juga menambahkan bahwa Al-Qaidah akan terus menggelorakan dan mengarahkan perjalanan jihad bila suatu saat nanti terjadi chaos di Arab Saudi. Al-Qaidah pasti akan berusaha tampil di depan. Di Suriah, Al-Qaidah mungkin berkontribusi dalam memecahkan  revolusi dan menghalangi terwujudnya solusi-solusi yang ditawarkan dunia internasional, hingga tampilnya Al-Qaidah kembali untuk memperluas wilayahnya dan meningkatkan operasi militernya terhadap rezim Suriah.
Pada fase ini, Al-Qaidah tidak berjalan sendirian. Lahirnya berbagai pergerakan yang mengusung ide Al-Qaidah namun tidak berafiliasi langsung dengan Al-Qaidah merupakan fenomena yang disaksikan dan terjadi sekarang ini. Bagi Al-Qaidah, tidak adanya afiliasi bukanlah suatu penghalang untuk melakukan networking dan kerjasama dengan pergerakan-pergerakan jihad tersebut.
Hussam kemudian memprediksikan bahwa fenomena utama yang akan disaksikan dunia nanti adalah kegagalan Amerika untuk membendung arus jihadi dan tersebarnya ide jihad; baik dengan mengatasnamakan Al-Qaidah atau bukan. Ditambah bahwa umat Islam akhirnya akan memandang jihad sebagai pilihan satu-satunya untuk melawan sisa-sisa hegemoni Amerika dan rezim-rezim penguasa yang diktator. Apalagi setelah kegagalan partai-partai politik  Islam dan eksprimen demokrasi. Oleh itu, tujuan Al-Qaidah agar tersebarnya ide-ide jihad dan meluasnya permusuhan terhadap Barat akan segera teralisasi.

Disarikan dari Al-Qaidah allati Ghayyarat Taarikh Amrika, h. 59-62  di https://t.co/qgVhf9CyER
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Blog Archive