اهل السنة والجماعة

Seputar Islam - Dakwah - Sunnah - Jihad - Global News - Amar ma'ruf - Nahi Munkar - Fiqih - Aqidah

Selasa, 07 Maret 2017

Serangan Nasionalisme


Apa yang diucapkan a hog dengan mendiskreditkan ayat 5: 51 sejatinya mencerminkan perseteruan dua aqidah; nasionalisme dan tauhid. Nasionalisme bertumpu pada alat ikat bangsa, apapun keyakinannya. Sementara tauhid berpijak pada alat ikat aqidah Islam, apapun suku dan bangsanya.

Kedua aqidah ini saling berebut penguasaan atas hati manusia dan tanah hamparan tempat hidup manusia. Perseteruan ini kadang tampak kadang berlangsung halus dan senyap.

Ucapan a hog termasuk serangan kasar penganut aqidah nasionalisme terhadap penganut aqidah tauhid. Akibatnya, penganut tauhid naik pitam dan meletus kemarahan masal 411 yang fenomenal itu dan disambut aksi damai 212.

Padahal kalau diamati lebih jeli, serangan sebetulnya sudah lama terjadi dan terus terjadi. Hanya masalahnya serangan itu dilakukan dengan bahasa halus.

Contohnya, upaya mempopulerkan istilah ukhuwah wathaniyah, persaudaraan atas dasar tanah air dengan mengabaikan aqidah. Lebih parah, ukhuwah insaniyah yakni persaudaraan dan cinta dengan bingkai manusia, apapun agamanya.

Bila diamati seksama, serangan halus lebih mematikan. Tanpa sadar umat membenarkan pikiran nasionalisme bahkan lebih mampu memahaminya jika dibandingkan dengan aqidah tauhid yang ada di hatinya.

Muslim yang hidup di tengah sistem nasionalisme, akan terus mengalami perang batin tanpa ujung. Negaranya menuntutnya mengelola cinta dengan bingkai kebangsaan, sementara agamanya menuntutnya untuk menunaikan cinta berdasarkan keislaman, apapun bangsanya.

Semoga kemarahan umat terhadap ucapan a hog bukan hanya karena tersinggung kasarnya pilihan kata dan intonasi, tapi karena sadar bahwa aqidah tauhid akan selalu marah jika diserang pikiran nasionalisme.
Share:

3 komentar:

  1. Sayangnya zaman sekarang persahabatan dan permusuhan hanya didasarkan pada perkara duniawi sehingga kaum muslimin mudah dipecah dan dibeli musuh, akhirnya kondisi mereka menjadi lemah dan terhina parahnya mereka mencintai Kelompok yang seharusnya dibenci dan membenci kelompok yang seharusnya dicintai. Maka nasib mereka menyedihkan sesama muslim bermusuhan namun dengan kaum kuffar berkasih sayang. uhfttt....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maka dari itu, sudah sepatutnya seorang muslim harus Mengamalkan konten syariat islam sejujur2nya, semaksimal mungkin, tanpa tebang pilih.

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus

Blog Archive