اهل السنة والجماعة

Seputar Islam - Dakwah - Sunnah - Jihad - Global News - Amar ma'ruf - Nahi Munkar - Fiqih - Aqidah

Selasa, 07 Maret 2017

Jihad itu Naluri

Islam menghargai naluri. Islam memberikan kanal untuk mengontrol dan mengawal agar tidak liar, bukan mematikannya.

Manusia punya naluri seksual. Islam mengawal dan memberinya saluran berupa pernikahan halal agar terkendali. Beda dengan Barat yang membebaskan naluri seksual liar tanpa kendali.  Sebaliknya Nasrani menutup sama sekali dengan 'mengharamkannya' untuk pendeta dan suster.

Manusia punya naluri menuntaskan masalah dengan kekerasan. Naluri ini juga melekat pada binatang. Jika cara negosiasi kekeluargaan gagal, manusia secara naluri akan ganti cara dengan kekerasan.

Islam mengemban misi menebar al-haqq kepada umat manusia, bukan hanya agar diketahui tapi juga dilaksanakan. Tentu cara pertama dengan menyampaikannya secara persuasif. Cara ini dinamakan dakwah.

Ketika cara persuasif gagal, ditolak, dimusuhi dan dilawan, bahkan para penyerunya dibunuh, tentu naluri kekerasan akan muncul. Baik kekerasan dalam makna defensif membela diri, maupun ofensif untuk menjinakkan kekuatan penolak al-haqq.

Cara ini dilembagakan oleh Islam dengan syariat bernama jihad. Tujuannya agar kemuliaan Islam bisa dipelihara ketika menghadapi kebrutalan kaum kafir. Pada sisi lain, bertujuan memberi koridor agar saat menggunakan kekerasan dalam membela Islam dilakukan dengan baik sesuai aturan akhlaq Islam dan tidak menabrak batas halal haram.

Demokrasi adalah sistem yang mengharamkan pendekatan kekerasan. Siapapun yang memaksakan keinginan dengan kekerasan akan dibully dalam sistem demokrasi, meski membawa misi al-haqq dan dilakukan oleh jumlah mayoritas. Satu-satunya cara yang dibenarkan demokrasi adalah musyawarah mencari mufakat, loby-loby politik atau adu perolehan suara.

Oleh karenanya Barat menjadikan demokrasi sebagai alat kendali untuk menjinakkan umat Islam. Syariat yang paling ditakuti Barat adalah jihad. Sementara alat paling efektif menjinakkannya adalah siatem demokrasi.

Maka strategi Barat adalah terus menjaga citra demokrasi jangan sampai ada yang mengusiknya. Demokrasi menjadi konsep suci yang nyaris tanpa cela. Jika ada cela, selalu yang disalahkan hanya oknumnya.

Celakanya, sejauh ini umumnya umat Islam masih memandang demokrasi sebagai benda suci, dan mencintainya sepenuh hati, seperti yang diinginkan Barat. Padahal pandangan ini menyebabkan bias dalam melihat Islam secara utuh. Pilihan cuma dua; cinta Islam atau cinta demokrasi. Tak mungkin ada dualisme cinta dalam satu hati. Wallahua'lam bis shawab.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Blog Archive