Allah itu Maha Mulia dan memiliki sifat cemburu yang sangat tinggi. Allah tak rela jika persembahan manusia tidak murni dan total. Baik dalam hal cinta, takut, harapan, tawakkal dan semuanya. Allah tidak mau diduakan. Dan Allah paling berhak menuntut itu.
Pertanyaannya kemudian, kapankah manusia bisa menunaikan rasa takut yang paripurna kepada Allah tanpa dicampuri bias rasa takut kepada selain Allah? Mari kita telusuri jawabannya dari ayat ini:
اليَومَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِن دِينِكُم فَلاَ تَخشَوهُم وَاخشَونِ
Pada hari ini orang-orang kafir putus asa untuk mengganggu agamamu maka janganlah kamu takut kepada mereka tapi takutlah hanya kepada-ku. (QS. 5: 3)
Ayat ini memberi isyarat bahwa rasa takut umat Islam kepada orang-orang kafir akan menjadikan umat Islam gagal menunaikan rasa takut yang paripurna kepada Allah. Dampaknya, umat Islam gagal melaksanakan Islam yang sempurna sesuai keinginan Allah.
Jadi misi mengalahkan kaum kafir itu bukan masalah politik yang rumit dan bercampur syahwat menurut Islam. Tapi ia bagian dari rangkaian upaya menuntaskan penghambaan kepada Allah. Ini bagian dari hubungan cinta antara hamba dengan Allah. Sebab tanpa putus asanya kaum kafir maka rasa takut umat Islam kepada Allah akan diganggu dengan teror dan ancaman dari kaum kafir terus menerus.
Dengan demikian, cita-cita dan tekad kuat mengalahkan kaum kafir sudah seharusnya mengakar kuat di hati setiap muslim sebagai konsekwensi tauhid yang bersifat privat maupun kolektif. Siapa yang menolak prinsip ini, pasti karena belum paham tabiat agama Islam. Belum paham aqidah Islam.
Rasa takut seharusnya murni hanya kepada Allah sehingga semua perintah dilaksanakan dan seluruh larangan ditinggalkan. Tatkala manusia masih punya rasa takut kepada selain Allah, penghambaannya tak akan sempurna.
Sebagai contoh, Allah memerintahkan kita menegakkan hukum qishash bagi pembunuh, potong tangan bagi pencuri dan rajam bagi pezina muhshan. Mengapa kita gagal melaksanakannya? Jawabannya, karena takut ancaman kaum kafir. Akibatnya hukum Allah tak berhasil dilaksanakan di bumi ciptaan Allah di tengah manusia ciptaan Allah.
Demikian pula perintah Allah yang lain gagal dilaksanakan karena masih tersisa rasa takut kepada selain Allah; kaum kafir. Dan yang terkini, umat Islam kesulitan untuk menghukum a hog sesuai hukum Islam karena terganjal hegemoni kaum kafir.
Maka kesimpulan penting dari ayat tersebut adalah bahwa umat Islam tak akan pernah bisa menunaikan rasa takut yang sempurna kepada Allah kecuali jika kaum kafir berhasil dijinakkan hingga putus asa. Meski secara individu muslim bisa mengklaim subyektif bahwa dirinya punya rasa takut yang sempurna kepada Allah tapi secara kolektif tetap dinilai gagal oleh Allah. Dan kita tak bisa hanya peduli dengan keislaman diri sendiri ala sufi.
Jika misi besar Islam adalah menjinakkan kaum kafir, maka semua rangkaian yang terkait ikut diperintahkan. Diantaranya, memelihara permusuhan abadi dengan kaum kafir, tak pernah memberi hati secuilpun.
0 komentar:
Posting Komentar