اهل السنة والجماعة

Seputar Islam - Dakwah - Sunnah - Jihad - Global News - Amar ma'ruf - Nahi Munkar - Fiqih - Aqidah

Senin, 06 Maret 2017

Pilar Singgasana Barat

Gurita kekuasaan Barat (AS) menjulur dan mencengkeram nyaris seluruh jengkal bumi. Tapi bentuk cengkeramannya ada yang kasar pakai senjata, ada yang halus tapi sistematis.

Bentuk kasar seperti yang terjadi di Afghan dan Iraq. AS turun langsung dengan mengerahkan senjata dan memobilisir pasukan.

Metode keras sangat melelahkan bagi AS dan menguras dompet. Sudah begitu hasilnya juga tak memuaskan, tak sesuai harapan AS. Agaknya sunnatullah bahwa umat Islam tak menjadi binasa disebabkan musuh eksternal yang menyerbu sejauh ini masih terbukti. Alih-alih binasa, umat Islam kian militan dan kuat.

Namun cara kedua entah kenapa hasilnya lebih menguntungkan buat AS. Biaya murah, mudah dan sistematis. Bisa dipantau sambil santai ngopi.

Cara kedua ini adalah dengan menjajakan demokrasi kepada umat Islam. Semua juklak dan juknis pelaksanaan demokrasi sudah "dibuatkan" oleh AS secara detail. Bahkan AS mempraktekkan sendiri dalam kehidupan mereka. Agar tampak natural, umat Islam boleh melakukan adaptasi sesuai negara masing-masing.

Sistem demokrasi ini menjadi alat kontrol Barat. Sepanjang demokrasi berjalan dengan baik, Barat tak pernah khawatir dengan siapa sosok pemimpinnya.  Jika di masyarakat muslim, AS justru lebih senang pemimpinnya juga muslim. Dengan begitu masyarakat jadi lupa menyoal sistem demokrasi, alat jerat yang sesungguhnya dari AS.

Siapapun pemimpin negaranya sepanjang sistemnya adalah demokrasi, dipastikan AS punya alat kontrol yang bersifat otomatis. Semacam remote control.

Secara tidak langsung pemimpin negara demokrasi adalah kaki tangan Barat, sadar atau tidak. Sistem demokrasi telah membelenggu tangan dan kakinya sehingga sekuat apapun ia ingin lari darinya pada akhirnya akan tetap kembali ke pangkuan AS. Kiblat politiknya akan selalu menghadap AS.

Dalam situasi demikian, pada klaimer salafi membantu hegemoni AS dengan cara "melantik" pemimpin yang dikendalikan Barat tersebut sebagai ulil amri lalu mendoktrin umat Islam dengan wajibnya taat kepada ulil amri.

Betapa nyaman Barat. Melakukan remote control terhadap pemimpin negeri-negeri umat Islam dengan alat demokrasi, sementara para klaimer salafi menyempurnakan kehinaan ini dengan menjajakan doktrin ulil amri yang tidak pada tempatnya.

Pemimpin dan umat sama-sama tunduk kepada Barat, hanya caranya yang berbeda. Pemimpin tunduk kepada Barat karena terjerat sistem demokrasi, sementara umat tunduk kepada Barat karena terjerat doktrin ulil amri yang gak nyambung; hanya fokus pada sosok lupa dengan sistemnya.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Blog Archive