اهل السنة والجماعة

Seputar Islam - Dakwah - Sunnah - Jihad - Global News - Amar ma'ruf - Nahi Munkar - Fiqih - Aqidah

Kamis, 13 April 2017

Apakah Alien itu Ada?


Allah subhanahu wa ta'ala adalah Tuhan Yang Maha Pencipta. 
Makhluknya tak terhingga banyaknya. Sebagian dari makhkuk itu ada yang kita kenal dan ketahui, tapi begitu banyak jenis makhluk Allah lainnya yang kita tidak kenal dan tidak kita ketahui. Apalagi bila bicara tentang alam ghaib, maka lingkup pembicaraan kita semakin luas lagi. 

Allah memang mewajibkan kita untuk percaya atas keberadaan makhluk ghaib sebagaimana disebutkan di dalam surat Al-Baqarah ayat 3. Tentu saja bila dikaitkan dengan makhluk ghaib yang jenisnya pun beragam, adanya makhluk asing di langit, luar bumi itu menjadi sesuatu yang bukan mustahil. Tapi bila alien yang dimaksud adalah makhluk biologis yang cerdas, secara eksplisit Al-Quran memang tidak menyebutkannya. Meski tidak berarti tidak ada isyarat ke arah itu sama sekali.

Ada beberapa riwayat yang bersifat implisit dan tidak langsung tentang adanya makhluk hidup (manusia atau lainnya) di luar bumi. 

Pertama, ketika Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam mi‘raj ke langit, beliau pun bertemu dengan para nabi dan rasul sebelumnya. Bahkan mereka melakukan shalat berjamaah dan beliau menjadi imamnya. Ada juga riwayat yang shahih bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam bertemu dengan Nabi Musa alaihi salam dan melakukan dialog tentang kewajiban shalat. 

Kedua, hadits-hadits shahih memberitakan kepada kita bahwa Nabi Isa alaihi salam pada akhir zaman akan turum kembali ke muka bumi. Beliau ini bukan dari jenis jin atau malaikat, tetapi beliau adalah manusia. Atas izin dan kehendak Allah, beliau tetap ada meski bukan di bumi. 

Ketiga, para syuhada yang mati syahid banyak disebutkan dalam Al-Quran bahwa mereka tidak mati, bahkan mereka hidup dan mendapat rezeki. “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki.” (QS Ali Imron: 169) 

Keempat, Al-Quran pun mengisyaratkan kepada manusia dan jin untuk menembus langit dan bumi. Hai jama‘ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.” (QS. Ar-Rahman: 33)

Apakah dahulu sudah ada manusia atau jin yang telah berhasil melakukannya? Wallahu a‘lam bis-shawab. Tapi yang jelas ada indikasi tentang kehidupan di luar sana. Sehingga bila kita telurusi hal-hal yang sifatnya implisit seperti itu, tidak tertutup kemungkinan adanya makhluk biologis, siapa pun dia, yang hidup out there. Tapi semua itu tidak bisa dijadikan patokan bahwa Islam memastikan adanya alien seperti yang sering kita lihat dalam cerita fiksi ilmiyah atau beberapa film yang kita kenal seperti Alien/Alien vs Predator. (?)

wallahu a'lam bishowab

-syariahconsulting.
Share:

Rabu, 12 April 2017

Think Before You Speak

Speaking before you think is a bad habit that can get you into trouble and hurt you in the most important areas of your life. Relationships will suffer or end, your career will be stalled at a level far below your talents, and most importantly, you will have little confidence in yourself.
Your speech shapes your life. Time and again you find yourself in situations where the outcome depends on what you say and how you say it. Your words are a reflection of who you are. If your words are getting you into trouble, you’re showing others the very worst parts of you. You’re presenting yourself as being thoughtless, careless or just plain hurtful.
Not only do your words create a positive or negative reaction in the world around you; your speech influences your thinking and can alter the course of your future. Your words are a way of underlining your thoughts and reinforcing them. When your words are harsh, negative, inconsiderate, or judgmental then these are the aspects of your experience that are emphasized. It won’t be long before you have developed the habit of always focusing your thoughts on the darker side of life. You know what kind of a person this will turn you into a miserable, depressing and mean spirited person who sees only the bad and not the good in others or in life.
If you speak before you think about what you’re going to say, you do not take the time to consider what words you will use, what these words will mean to another person, or how they will feel about what you’re saying. You are also not thinking about what these words say about you as a person or about all of the good things you may be neglecting to focus on.
To break the habit of speaking without thinking you first have to accept the fact that it is up to you to control your tongue. You are responsible for what comes out of your mouth.
Next, you have to diligently practice closing your mouth as soon as you open it. I’m not kidding. If you have this problem it means that you are reacting to the people and situations around you by opening your mouth and talking. You are not reacting by thinking. When you close your mouth, you are breaking the pattern or habit and taking control. You are giving yourself time to consciously CHOOSE what you want to say.
The third step is to say what you really mean. This is critical and you have to ask yourself if you are truly willing to do this. It’s easy to blurt something out and then say, “Oh, I’m sorry, I wasn’t thinking”. By then the damage is done. What you are really saying is that you are too lazy to put in the effort to pay attention to your words. Saying you are sorry only has meaning if you subsequently change your behavior. Ask yourself if you are prepared to think before you speak, to say what you mean, to stand behind your words, and to take responsibility for them.
Here are some other ideas for putting power into your speech and staying out of trouble.
Don’t talk too much. Excessive needless talking is usually a sign of nervousness or stupidity. Before you say something, ask yourself, “Is it true? Is it kind? Is it necessary?” Speak only if the answer to these three questions is YES.
Avoid talking about bad, unpleasant, destructive subjects. Most of this is just a form of gossip whether you are talking about your friends or world events. Instead, talk about the good things you’ve seen or want to experience. If you do have to mention something unpleasant, use tact and gentleness, find something positive to say to offset the negative, and be brief.
Praise liberally. Sincere compliments, thanks, and other appreciative words are always welcome. Note the word “sincere”. The habit of giving honest praise not only will win you friendship and love, it will train you to look for the good around you. You’ll be amazed at how this rebounds in your life. The more genuine praise you give, the more positively people will respond to you, the more confidence you’ll feel, and the more successful you’ll be in your life.
Finally, speak calmly and as much as possible, avoid angry words. Angry words create enemies, drain your energy, and make you ill.
There is a saying that the tongue is a good servant but a terrible master. Put effort into controlling your words and it will change your life.
Share:

Selasa, 11 April 2017

Sebegitu Sakitnya, Seorang Dokter Membuat Istilah Baru Untuk Luka Anak-Anak Suriah


Rasanya tidak cukup untuk mengatakan bahwa anak-anak Suriah menderita PTSD (Post Traumatic Syndrome Disorder). Anak-anak yatim piatu yang masih bertahan hidup lolos dari krisis kemanusiaan yang mengerikan ini, kemungkinan, mengalami stres pasca-trauma, tapi anak-anak yang hidup di tengah perang ini telah mengalami lebih dari sekedar trauma fisik dan emosional yang pernah dilihat oleh para profesional medis yang merawat mereka: sisa-sisa anggota badan yang terkoyak dari ibu atau ayah mereka, yang hancur berantakan karena bom barel rezim Assad, rudal jelajah Rusia, atau, serangan udara AS yang terus meningkat.
Human Devastation Syndrome (Sindrom penghancuran manusia)” adalah istilah baru yang dicetuskan oleh Dr. M.K. Hamza bagi anak-anak yatim piatu itu.
“Kami telah berbicara dengan begitu banyak anak-anak, dan kehancuran mereka telah melampaui taraf  yang dapat dilihat seorang tentara dalam perang,” kata dokter Hamza, seorang neuropsikolog dari Syrian American Medical Society (SAMS), mengatakan kepada ATTN, “Mereka telah melihat jasad-jasad manusia yang mungkin merupakan orang tua mereka, atau saudara mereka. Anda mendapati sebuah keluarga terdiri dari lima atau enam orang atau sepuluh, atau berapa pun, lalu anda mendapatkan hanya satu yang selamat, atau kadang-kadang dua orang. Banyak dari mereka memiliki gangguan fisik. Amputasi. Luka parah. Dan mereka telah berhasil sampai ke kamp pengungsi entah dengan cara bagaimana.”
Hamza menduduki posisi komite kesehatan mental SAMS, dimana seribu orang anggotanya telah menawarkan diri untuk memberikan bantuan medis di mana pun korban dari perang terburuk pada abad ke-21 ini belum dapat ditemukan.
“Anda memiliki anak-anak yang dihancurkan,” katanya, “dan ini belum berakhir.”
Masalah emosional dan material yang dihadapi warga sipil Suriah menjadi semakin parah setiap hari akibat dari kemiskinan dan juga pemerasan yang dialami warga Suriah di kamp-kamp pengungsi – di mana 1 di 5 dari setengah juta penduduk berada di bawah usia 11 – dan di jalan-jalan Lebanon, Turki , dan Yordania, yang menampung mayoritas dari 4,9 juta orang yang melarikan diri daro Suriah sejak 2011, ketika demonstrasi massal untuk menuntut demokrasi dibalas dengan peluru oleh rezim Bashar al-Assad. 6,3 juta orang lainnya mengungsi di dalam negeri Suriah, menurut Badan Pengungsi PBB, dan setengah juta lainnya telah tewas.
“Bahkan kata ‘miskin’ tidak dapat dibenarkan di sini karena kondisi kenyataannya adalah di bawah dari kondisi standar manusia,” kata Hamza, berbicara dari sela-sela konferensi SAMS pada 18 Februari di Huntington Beach, California.
Iyad Alkhouri, seorang psikiater yang menjadi relawan dengan SAMS, memberikan penjelasan untuk hal itu.
“Saya punya banyak pasien yang mengatakan bahwa mereka ditangani dengan tidak tepat oleh dokter mereka,” kata Alkhouri dalam pidatonya di konferensi SAMS. “Para dokter itu, karena mereka (para pasien itu) adalah pengungsi dari Suriah, menganggap mereka sebagai ‘pelacur.'”
“Ada gadis-gadis di jalanan Beirut menjual diri, berusia 8-9 tahun,” katanya. “Dan kemudian Anda memberitahu orang tua mereka: Mengapa Anda tidak mengirim anak-anak itu ke sekolah sehingga mereka dapat memperbaiki diri? Dan mereka berkata, ‘Mereka mendapat  50 dollar per hari. Dapatkah Anda memberi saya  50 dollar per hari? “”
“Apapun yang kita lakukan adalah hanya pembalut luka,” kata  Anas Moughrabieh, seorang dokter perawatan intensif sukarelawan SAMS, mengatakan kepada ATTN :.


Dia membantu merawat pasien Suriah  yang dievakuasi ke Turki di kota perbatasan Antakya, di mana dia juga melatih tenaga medis untuk mengobati para korban pemboman dan geranat di Suriah sendiri. “Kami mencoba untuk mengisi kesenjangan,” katanya, “tapi kami, semua organisasi bantuan kemanusiaan, kami hanya memberikan perban pada luka. Kami tidak menangani akar penyebab masalah.”
Akar penyebab masalah, sebagaimana yang ia lihat, adalah “tirani” itu, “berhadapan dengan orang damai yang berdemonstrasi menuntut demokrasi di awalnya – tetapi tiran itu menghadapi mereka dengan senjata dan serangan udara.” Hampir setiap rumah sakit atau klinik SAMS yang beroperasi di Suriah telah diserang, dan sembilan dari 10 kali diserang oleh serangan udara, kata dia, berarti serangan itu dilakukan oleh rezim atau sekutunya, Rusia (karena oposisi bersenjata tidak memiliki angkatan udara).
Lebih dari 90 persen dari warga sipil yang tewas di Suriah sejak Maret 2011 telah dibunuh oleh rezim dan sekutunya, menurut Jaringan Suriah untuk Hak Asasi Manusia, sebuah organisasi independen pemantau HAM.
“Alih-alih menyediakan sumber daya untuk mengobati anak 10 tahun ini yang ditabrak rudal,” ia berpendapat, “kita seharusnya menghentikan rudal sebelum menghantam mereka.”

Tapi rudal dan pemerintah bukan satu-satunya pembunuh di Suriah. “Kami memiliki satu rumah sakit di Aleppo … yang diserang oleh preman ISIS, dan mereka datang ke ICU dan membunuh salah satu pasien, warga sipil,” kata Moughrabieh. Dan di Idlib, benteng utama oposisi yang terakhir setelah jatuhnya Aleppo, sebuah kelompok bersenjata “menyerang salah satu rumah sakit kami” dan mencoba untuk mengambil alih, kata dia, pemberontak yang menyerang di hadapan, melengkapi ancaman serangan udara dari atas.
Salah satu ironi, yang dikatakan oleh Presiden SAMS, Dr. Ahmad Tarakji, kepada ATTN :, adalah bahwa bekerja di area yang sama dengan beberapa kelompok-kelompok yang bermusuhan sudah cukup untuk mendapatkan label sebagai sekutu mereka. Memang, itulah salah satu ancaman utama untuk pekerjaan kemanusiaan hari ini.
“Siapa saja yang terlibat dalam kepedulian terhadap kemanusiaan bisa diberi label teroris,” katanya. “Konsep ilusi untuk melindungi pekerja kesehatan telah dilanggar di Suriah, yang berarti Anda dapat dibunuh.” Seorang anak yang bisa lari ke sebuah kamp pengungsi adalah salah satu yang beruntung.
“Anda memiliki jutaan anak-anak yang hancur,” kata Hamza, neuropsikolog, kepada ATTN , “dan Anda harus bertanya, ‘ke mana semua ini akan dibawa?'” Satu hal yang pasti, dan itu bertentangan dengan melihat secara parsial. Setidaknya secara retoris, sekarang “masalah ini akan berdampak pada seluruh dunia.”

sumber: www.attn.com
Share:

Membaca Doa Istiftah atau Alfatihah



Apabila aku masuk ke solat (sebagai masbuq) menjelang ruku', apakah aku mulai dengan membaca surat al fatihah atau membaca do'a istiftah?
Lalu bila imam ruku' sebelum aku menyelesaikan bacaan al fatihah apa yang harus aku lakukan?

Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz rahimahullah menjawab,

"Membaca do'a istiftah adalah sunnah, sementara membaca al fatihah adalah wajib bagi makmum menurut pendapat yang shahih dari pendapatnya para ulama'.

Apabila (dengan membaca do'a istiftah) engkau khawatir akan terluput dari al fatihah maka mulailah dengannya (yaitu al fatihah).

dan kapan saja Imam ruku' sebelum engkau menyelesaikan bacaan al fatihah, maka ruku'lah bersama imam dan kewajiban menyempurnakan sisanya telah gugur darimu.

Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,

إنما جعل الإمام ليؤتم به فلا تختلفوا عليه فإذا كبر فكبروا وإذا ركع فاركعوا

"Hanyalah dijadikan imam itu untuk diikuti, sehingga janganlah kalian menyelisihinya. Apalabila ia bertakbir maka bertakbirlah, dan apabila ia ruku' maka ruku'lah..." al hadits ( muttafaqun 'alaihi )


Majmu' Fatawa Ibni Bazz, 11/243-244
Share:

Mendahului Gerakan Imam



Apa hukumnya seseorang mendahului gerakan imam? Sahkah shalatnya?

Jawab:

Haram hukumnya makmum mendahului imam, bahkan hal ini termasuk dosa besar karena adanya ancaman bagi pelakunya.

Adalah sahih dari Nabi ﷺ bahwa beliau ﷺ bersabda,

أَمَا يَخْشَى أَحَدُكُمْ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ قَبْلَ الْإِمَامِ أَنْ يُحَوِّلَ اللهُ رَأْسَهُ رَأْسَ حِمَارٍ، أَوْ أَنْ يَجْعَلَ اللهُ صُورَتَهُ صُورَةَ حِمَارٍ

“Tidakkah salah seorang dari kalian takut apabila mengangkat kepalanya mendahului imam bahwa Allah akan mengubah kepalanya menjadi kepala keledai atau mengubah wujudnya menjadi wujud keledai?”
(HR. al-Bukhari)

Adapun tentang sah tidaknya shalatnya, ada perbedaan pendapat. Yang lebih kuat dalam hal ini ialah apabila seseorang mendahului imam dengan sengaja, shalatnya batal.

Apabila mendahului imam secara tidak sengaja, ia kembali ke posisi sebelumnya lantas mengikuti imam.

Wallahu a'lam

(Fatawa al-Lajnah, 7/328—329)

Share: